Part II - Memburu Sunrise di Bromo : Unforgettable Moments

A photo by Nidar

Holla, Teman Perjalanan!

Setelah penjelajahan seru di kawasan Kayutangan dan alun-alun Malang bersama Jaki di Part I, kali ini gue akan melanjutkan petualangannya bersama temen kantor gue. Setelah melihat Jaki pulang, gue bergegas masuk hotel. Rasanya cukup mengasyikkan karena di lobi, gue melihat temen kantor yang sudah siap-siap naik bus. "Wah, kemaleman nih gue," batin gue.

Langsung deh, gue meluncur ke lift menuju lantai lima, di mana kamar gue berada. Gue memberi ketukan ringan di pintu kamar agar gue dibukain pintu.
"(tok, tok, tok), mba, gue udah dateng, nih" seru gue. Entah dia masih tidur atau sudah siap-siap, yang pasti gue bersemangat menyambut petualangan ini!

It turns out, temen gue sudah siap-siap meski masih dalam posisi berbaring karena ngantuk. Sebagaimana yang gue ceritain di Part I, gue bersama temen kantor akan berangkat dari Malang ke Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kec. Sukapura, Kabupaten Probolinggo, untuk mendaki Bromo di jam 11.45. Untungnya, gue sudah mempersiapkan segala perlengkapan mendaki, jadi nggak butuh waktu lama untuk bersiap. "Gimana, udah beres semua?" tanya temen gue. "Yap, mari kita turun, sebagian udah di bus tadi gue lihat," jawab gue sambil merapikan barang bawaan.

Mengenakan sandal gunung yang gue beli di official store Eiger, gue merasa pede dan sangat excited! Selain ingin membuktikan kualitas sandal ini, mendaki Bromo juga menjadi salah satu wishlist gue di tahun 2023.

Begitu semuanya sudah berkumpul di dalam bus, local guide memberikan penjelasan mengenai rundown of trekking Bromo. Kita berangkat dari hotel (Whiz Prime Hotel Basuki Rahmat Malang) sekitar jam 12 dan sampai di Desa Ngadisari sekitar jam 2 lewat sedikit (sejujurnya, mencoba mengingat waktu persisnya, tapi agak susah karena beberapa waktu lalu ponsel gue sempat kereset).

Setibanya di parkiran jeep, kita langsung ditawari berbagai perlengkapan dingin seperti kupluk, syal, dan sarung tangan hangat dengan harga mulai dari Rp10.000. Sebelum membagi tim ke dalam jeep, sebagian dari kita memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu karena perjalanan dengan menggunakan jeep menuju sunrise view point masih membutuhkan waktu yang cukup. Untuk menggunakan fasilitas toilet di sini, kita perlu menyiapkan uang sebesar Rp 5.000.

Ngomong-ngomong, rencananya kita akan menikmati panorama Gunung Bromo dari Bukit King Kong. Pesona sunrise point Bukit King Kong katanya cukup luar biasa, dengan latar belakang Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Gunung Semeru. Bukit King Kong sendiri juga telah difasilitasi dengan baik, termasuk pagar setinggi dada orang dewasa untuk keamanan pengunjung dan tempat parkir yang luas. Masyarakat Tengger menyebut bukit King Kong dengan bukit Kedaluh, berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti penghargaan akan kesuburan tanah wilayah Tengger. Bukit Kedaluh atau Kingkong berada di bawah Bukit Penanjakan, sekitar 2,5 kilometer dari puncak Penanjakan 1 Bromo. Akses masuk ke Bukit King Kong yang tidak terlalu menanjak, memudahkan para pengunjung untuk menikmati keindahan alam Bromo. Di tengah perjalanan menuju puncak, gue merasa kurang fit. Dingin dan pengap di dalam jeep membuat perut gue kembung dan ingin muntah.

Untungnya, di dalam jeep sudah disediakan plastik, dan dengan harapan agar tidak muntah, gue ambil plastik tersebut sambil berharap segera sampai di titik parkir jeep dekat sunrise point. Sebuah kejutan! ternyata sekitar 600 meter dari sunrise point Bukit King Kong sangat macet, memaksa kami untuk turun, jeep tidak bisa melanjutkan perjalanan.

Huu, di satu sisi, gue senang akhirnya bisa turun dari jeep juga, gue bisa merasakan lebih banyak udara segar sehingga rasa mual gue bisa sedikit membaik dan melihat keindahan langit yang memerah, berlebur dengan bintang malam. Temen gue mencoba mencarikan minyak telon, dan akhirnya perut kembung gue pun perlahan-lahan membaik. Kami dan rombongan ditawari oleh banyak driver ojek yang bersaing menawarkan jasanya. Namun, gue dan tim memutuskan untuk berjalan kaki. Udara yang dingin, bersama tim, keindahan jalur tanjakan, pepohonan, bintang, bulan, langit yang begitu indah menemani perjalanan kami menuju titik sunrise.

Karena matahari sudah perlahan menampakkan diri, kami memutuskan untuk menikmati sunrise di salah satu titik di bawah Bukit King Kong, di mana cukup ramai dan banyak orang yang menikmati sunrise di sini. Meskipun tidak sampai di puncak, pemandangan kawah Bromo dan matahari terbit dari titik ini cukup cantik. Gue terharu di puncak ini, tak pernah terpikir sebelumnya bahwa gue bisa ke Bromo di tahun ini (Desember 2023). Bersama tim, gue mengambil dokumentasi video dan foto sepuas hati.

Setelah puas menikmati keindahan dan kehangatan sunrise Bromo, kami berjalan turun ke parkiran jeep untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke lautan pasir Bromo, untuk menikmati Padang Savana dan Bukit Teletubbies. Hamparan Savana Bromo atau yang sering disebut "Lembah Jemplang" nggak cuma sekadar padang rumput yang luas, nih. Di sana, selain ada padang rumput yang luas, juga ada bukit-bukit yang cantik banget. Nah, nggak jauh dari Savana Bromo, ada nih bukit hijau yang super indah, terkenal dengan sebutan Bukit Teletubbies Bromo.

Setelah beberapa menit perjalanan menuju jeep, kami akhirnya sampai di lautan pasir vulkanik "Berbisik". Sebelum menuju Bukit Teletubbies, kami berhenti sejenak untuk menikmati kopi panas dan berfoto di depan jeep dengan latar belakang gunung-gunung kecil di lautan pasir Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini. Kawasan wisata dan konservasi ini berupa kaldera berpasir dengan beberapa gunung kecil. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang ditetapkan tahun 2005 itu luas banget, Teman Perjalanan!, mencapai 800 km persegi! Kalderanya (kawah gunung berapi yang sangat besar, terjadi karena peledakan atau runtuhnya bagian puncak gunung berapi), yang terluas di Jawa, punya padang pasir tandus seluas 10 km. Di bagian Tengger di TNBTS, yang punya pasir keren ini sudah dilindungi sejak 1919, lho. Konon, ini satu-satunya kawasan konservasi di Indo, mungkin di dunia, yang punya pasir laut unik sekitar 2000 meter di atas laut. Dalem kaldera Bromo, ada beberapa gunung yang bikin pemandangan makin keren abis! TNBTS yang masuk dalam daftar World Network of Biosphere Reserves UNESCO menjadi rumah buat 38 jenis satwa liar yang dilindungi. Ada 24 jenis burung, 11 jenis mamalia, 1 jenis reptil, dan 2 jenis serangga. Banyak banget, kan? Ada juga yang langka dan udah terancam punah, kayak Elang Jawa, Macan Tutul Jawa, dan Lutung Jawa. Dan juga terdapat 1.025 jenis flora di antaranya 40 anggrek langka, land of edelweiss (indonesiabaik.id). Keren banget, ya, gabungin petualangan sama pelestarian alam!

Saking luasnya kawasan kaldera, Gunung Bromo berada di dalam empat kabupaten, yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Pasuruan. Kawasan ini juga termasuk dalam kawasan konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Menurut mitologi Jawa, asal mula Gunung Bromo berasal dari kisah peninggalan Kerajaan Majapahit (1293—1527). Pada area Taman Nasional, terdapat suku Tengger. Nama Tengger berasal dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang mereka yakini sebagai asal usul nama Tengger. “Teng” dari nama Roro An-"teng" dan “GER” dari nama Joko Se-"ger". Bromo sendiri masih mereka percayai sebagai gunung suci dan disebut Gunung Brahma oleh masyarakat Jawa.

Setelah berfoto, kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Teletubbies. Julukan 'Bukit Teletubbies' diberikan oleh pengunjung yang melihat kemiripan bukit savana ini dengan perbukitan dalam film Teletubbies. Nama asli kawasan itu adalah lembah atau bukit Watangan karena berada di bawah Gunung Watangan. Penduduk lokal masih menyebutnya dengan Watangan, tapi warganet mempopulerkannya sebagai Bukit Teletubbies. Bukit Teletubbies memang menyajikan pemandangan asri dengan hamparan rumput hijau yang menyejukkan mata.

Setelah puas menikmati keindahan Padang Savana dan Bukit Teletubbies, kami kembali ke jeep dan melanjutkan perjalanan pulang ke Malang. Dengan hati yang penuh kebahagiaan dan kesan mendalam, kami bersiap-siap untuk menjelajahi Jatim Park II. Momen ini, tak akan pernah terlupakan!

Itulah kisah seru gue menjelajahi TNBTS, Teman Perjalanan. Ingat, jangan pernah takut bermimpi dan selalu berdoa serta berusaha mewujudkannya. Seperti impian gue untuk mendaki Bromo yang akhirnya bisa terwujud di tahun 2023. Keep dreaming and make it happen!