Apa yang Terlihat di Layar Kaca, Tidak Mencerminkan Kehidupan Sepenuhnya


Jalan Asia Afrika, Bandung

Hai semuanya, selamat malam! gimana hari ini? semoga menyenangkan yaa. Gue ingin berbagi sedikit pemikiran yang mungkin bisa bikin lo berpikir ulang tentang apa yang lo lihat di media sosial.

Di era digital kayak sekarang, kita sering banget melihat orang mengunggah hal-hal baik dan pencapaian mereka di media sosial. Kita lihat temen jalan-jalan ke tempat-tempat keren, naik pesawat ke sana ke mari, hidup terlihat tanpa beban. Seringkali, hal-hal itu bikin iri, yaa ga?. Tapi, lo ga tau kan apa yang ada di balik layar? Mungkin saat lo tidur nyenyak, mereka ga bisa tidur karena harus bekerja keras, mesti menyelesaikan project yang udah memasuki tenggat waktu. Saat lo nongkrong santai, mereka memilih untuk terus bekerja dan menunda keinginan beli ini itu demi nabung. Pertanyaannya, apakah lo mau juga ngadepin atau bayar harga yang sama?

Tulisan ini terinspirasi dari obrolan daring gue sama salah satu temen. Beliau bilang, "Nidar, udah lama sebenernya gue mau bilang ini, tapi takut lo tersinggung." Gue langsung bilang, "gue terbuka banget sama masukan, saran ataupun kritikan, jadi don't worry!". Lanjut, beliau kemudian menyampaikan, "Bisa ga kalau lo ke mana-mana ga usah di-posting? Banyak temen-temen kita yang iri sama lo, dan takutnya kena ain (rumaysho.com: ‘ain adalah pengaruh pandangan hasad (dengki) dari orang yang dengki sehingga bisa membahayakan orang yang dipandang). Hal ini membuat gue merenung sejenak, jujur ga nyangka aja gitu, musabab bagi gue, yang gue bagikan ga keren-keren amat. Gue lurusinlah dan jelasin ke beliau. Terlepas dari itu, gue sangat mengapresiasi perhatiannya.

Menurut pandangan gue, agak kurang baik, kita merasa iri sama pencapaian temen atau orang-orang di sekitar kita, yang tidak jarang langsung buat takjub gitu kan. Sebagai manusia, perasaan iri adalah sesuatu yang wajar, manusiawi, gue ga mau menampik hal itu. Namun, jika keseringan, itu kurang cakep dan cukup mengganggu bukan?. Dari kacamata gue, dari apa yang gue baca di bab 1.9 buku "You Do You" karya Fellexandro Ruby, salah satu penyebab iri ini adalah karena kita ga tau personal value (nilai diri) kita. Nilai diri adalah tentang bagaimana lo menghargai diri sendiri, keunikan, dan dampak lo pada orang lain serta lingkungan sekitar, bukan hanya tentang pencapaian lo. Ketika kita tidak benar-benar memahami apa yang penting dan apa tujuan hidup kita, kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain yang tidak jarang membuat iri dan yang paling bahaya mucul perasaan iri berupa hasad (berharap nikmat orang lain hilang), akan semakin besar.

Saat kita tau value diri kita, yang emang beda dari temen-temen atau orang sekitar, kita akan berpotensi besar untuk tidak merasa iri lagi. Muncul sesekali sebagai penanda kita ini manusia, tapi secepat mungkin akan ditepis oleh sisi otak kita lainnya, yang udah paham bahwa kita punya nilai dan tujuan sendiri. Perlahan-lahan dengan melatih pola pikir ini, gue percaya, perasaan iri akan berubah menjadi perasaan bahagia melihat pencapaian orang lain. Sisi positif lainnya, kita akan lebih fokus sama jalan kita sendiri dan apa yang kita ingin capai.

Seiring waktu, gue belajar (dari ngobrol sama temen, atasan, dengerin siniar atau podcast, baca buku) bahwa apa yang kita lihat di layar kaca hanyalah sebagian kecil dari hidup mereka. Kita ga pernah tahu pengorbanan apa yang mereka buat untuk mencapai itu semua.

Berbicara sedikit tentang ngebandingin diri sendiri. Sebenarnya ga selalu negatif. Kalau lo ngebandingin diri buat memacu semangat dan motivasi, itu bagus! Misalnya, ketika lo lihat teman lo sukses di bidang tertentu, lo jadi termotivasi untuk bekerja lebih keras dan belajar lebih banyak. Namun, kalau ngebandingin itu malah bikin lo iri, rendah diri, dan ga suka liat orang lain senang dengan pencapaiannya, itu yang bahaya. Bisa merusak hubungan dan bahkan kesejahteraan mental kita.

Lo tau ga, ada yang namanya konsep "highlight reel". Iya, tepat sekali! Kita cenderung membandingkan kehidupan sehari-hari kita dengan "highlight reel" atau rangkuman momen terbaik dari kehidupan orang lain. Ini bukan perbandingan yang adil, karena kita melihat versi yang sudah disaring dan diedit dari hidup mereka, sementara kita tahu semua detail dari kehidupan kita sendiri, termasuk semua perjuangan dan kegagalan. Lo pasti udah sering denger dari pembicara di luar sana, kalo perbandingan yang adil adalah ngebandingin diri kita saat ini dengan diri kita di masa lalu, ada peningkatan ke arah yang lebih baik atau engga.

Menurut gue, penting untuk selalu ingat bahwa setiap orang punya jalan masing-masing. Apa yang terlihat mudah dan menyenangkan di luar, mungkin menyimpan banyak pengorbanan dan kerja keras di baliknya. Jadi, daripada iri dengan pencapaian orang lain, lebih baik kita fokus pada perjuangan dan perjalanan kita sendiri.

Di tulisan ini, gue mau bilang bahwa kurang ganteng dan cantik aja gitu, jika kita iri pada pencapaian orang. Kita ga tau apa yang sudah mereka korbankan, dari air mata, menunda keinginan beli ini itu, nunda makan enak, tidur tengah malam, atau bahkan harus jauh dari keluarga. Dibalik kesuksesan yang sekarang, kalau lo tanya ke orang-orang sukses tentang perjuangan mereka, kemungkinan besar banyak yang akan jawab, "dulu gue udah rugi miliaran, ditipu temen ratusan juta, dan sebagainya". Apa kemungkinan besar lo akan lebih memilih untuk hidup sebagaimana yang lo sedang jalani sekarang? silakan dijawab sendiri. Jadi, yuk kita berhenti iri dan fokus pada perjuangan kita sendiri. Setiap orang punya jalan masing-masing.

Akhir kata, semangat terus dalam perjalanan gue dan hidup lo, hahaha. Fokus pada diri sendiri, jaga nilai yang lo pegang, dan nikmati setiap prosesnya. Ingat, hidup bukan tentang seberapa cepat kita sampai tujuan, tapi tentang seberapa baik kita menjalani perjalanan itu (katanya sih, begitu yaa :'))

Mimpi yang indah!